TEMPO.CO, Jakarta - Aksi protes yang disusul kerusuhan di kawasan Papua mendesak otoritas penerbangan setempat memberlakukan kebijakan khusus. Unit Penyelenggara Bandara (UPBU) Kementerian Perhubungan Kelas I Wamena, misalnya, meminta operator penerbangan tak menginapkan pesawat untuk alasan keamanan.
Kepala Bandara Wamena, Joko Harjani, mengatakan imbauan itu bisa berlangsung hingga beberapa hari ke depan. "Kami tak ingin ada kerusakan," ucapnya kepada Tempo, Senin 2 September 2019.
Kerusuhan di Kota Jayapura berawal sejak Kamis pekan lalu, tak lama usai demonstrasi puluhan ribu warga lokal yang berlangsung selama beberapa hari. Vandalisme bahkan melumpuhkan akses jalan dan layanan publik kota, yang merember hingga distrik Abepura yang berjarak 17 kilometer dari ibu kota Provinsi Papua itu. (Koran Tempo Edisi Senin, 2 September 2019: Jayapura Belum Sepenuhnya Pulih).
Joko membenarkan kewaspadaan Bandara Wamena ditingkatkan lantaran menjadi rute domestik udara terpadat menuju Jayapura, yang dilayani Wings Air dan Trigana Air. Bila termasuk penerbangan kargo dan rute perintis yang dilayani tujuh maskapai, terdapat 120 pergerakan pesawat setiap harinya.
Meski kompleks bandara mendapat tambahan pengamanan dari aparat, Joko memastikan operasional berjalan lancar. Hingga sore, otoritas masih menyediakan layanan ke rute kecil seperti Kabupaten Yaimo, Lanni Jaya, serta Tolikara.
"Operasional kami hanya 10 jam dari pukul 6 pagi, karena pesawat belum bisa terbang dengan arahan instrumen, hanya visual saat ada matahari," tuturnya.
Juru Bicara Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau AirNav, Yohanes Sirait, mengatakan Bandara Sentani yang semula beroperasi hingga sore sedang dibuka selama 24 jam. "Karena perkembangan situasi, kami harus perkuat layanan jika ada kebutuhan drop barang atau evakuasi," katanya.